Senin, 15 November 2010

Media Strip Story dalam Pembelajaran Bahasa Arab

A. PENDAHULUAN
Bahasa Arab, mata pelajaran ini berfungsi memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk menunjang pengetahuan, pemahaman dan penghayatan terhadap syari’at Islam, pengembangan ilmu pengetahuan, dan meningkatkan hubungan antar bangsa. Pelajaran ini juga diarahkan memberikan kemampuan dan keterampilan dasar peserta didik, menggunakan bahasa Arab secara benar yang meliputi mendengar, berbicara, membaca, dan menulis serta menjadi bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya .
Berlandaskan pada dasar di atas, maka dapat diambil pengertian betapa pentingnya suatu cara untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut, maka salah satu caranya adalah penggunaan media dalam pengajaran bahasa Arab- di mana hal tersebut bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya .
Pembuatan media perlu didasarkan pada berbagai pertimbangan kesederhanaan media dengan kriteria sebagai berikut : (1) bahan baku tersedia dengan cukup mudah, (2) dapat dikerjakan oleh guru sediri, (3) perangkat keras (hardware) atau alat media tersedia di sekolah atau dapat dibeli dengan kemampuan sekolah, (4) guru dapat memanfaatkan dengan berbagai cara dan metode, (5) tidak membutuhkan alat dan kelengkapan khusus, (6) relatif murah, (7) produksi hanya membutuhkan peralatan pelengkap yang kecil, (8) tidak membutuhkan banyak teknisi, (9) naskah secara sederhana dapat dibuat, (10) mudah dievaluasi dan direvisi, (11) tidak membutuhkan bahan penyerta yang kompleks, (12) dapat dipakai seketika, dan (13) akan mampu digunakan dengan kombinasi media lainnya.
Salah satu contoh media yang tidak jauh dari kriteria-kriteria di atas dan dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab adalah media Strip Story, sebagaimana akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Soeparno media adalah suatu alat terprogram yang dipakai sebagai saluran (channel) penyampai pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Suatu alat pelajaran yang belum diprogram atau memang tidak dapat diisi program seperti papan tulis, kapur tulis dan penghapus dipandang sebagai perangkat keras (hardware) semata dan tidak dianggap sebagai media. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Adapun media pembelajaran menurut Azhar Arsyad adalah media yang dipakai untuk membawa atau menyampaikan pesan-pesan (informasi) yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.
Yusufhadi Miarso merumuskan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, memiliki tujuan dan terkendali.
Dengan demikian dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah media atau alat-alat terprogram yang digunakan untuk menyampaikan pesan instruksional, dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan kemauan belajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang diharapkan dan mencapai target pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering kali pemakaian istilah media pembelajaran atau (الوسائل التعليميــة) digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga (وسائل الإيضـاح) dan media penjelas (الوسائل التوضيحيــة).

C. URGENSI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi antara guru/dosen dan siswa/mahasiswa. Proses belajar-mengajar di kelas merupakan sutau dunia komunikasi tersendiri dimana kedua belah pihak (guru dan siswa) bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pemahaman. Dalam komunikasi tersebut sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi berjalan tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan, dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan tersebut ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan lain-lain, juga dapat meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi yang disampaikan. Dalam hal-hal tertentu, media juga dapat berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan-balik (feedback).
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis, antara lain :
1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan jenis pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua lingkungan dan masyarakat yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan itu.
2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Hal-hal yang sukar untuk diserap dan dialami secara langsung oleh siswa/mahasiswa di dalam kelas, seperti; obyek terlalu besar atau kecil, ungkapan-ungkapan bahasa yang disampaikan atau gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan adanya media akan dapat mengatasi kesukaran tersebut.
3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Gejala fisik dan social dapat diajak berdialog/berkomunikasi dengannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis. Penggunaan media, seperti; gambar, foto, slide, film, grafik, dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar dan akurat.
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman siswa semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar dan belajar selalu timbul dalam diri siswa.
7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Penampilan gambar, foto, pemutaran film dan mendengarkan program audio dapat memberikan stimulus tertentu ke arah keinginan siswa untuk belajar. Sehingga belajar tidak terkesan monoton prosesnya tetapi memberikan perasaan senang (fun) pada diri siswa.
8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkret sampai kepada yang sifatnya abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara langsung (live) oleh siswa, akanmemberikan gambaran yang konkret dan jelas tentang wujud, ukuran, lokasi. Selain itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya.

D. MEDIA STRIP STORY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Teknik strip story dengan memakai kepingan kertas ini mula-mula dicetuskan oleh Prof. R. E. Gibson dalam majalah TESL Quarterly (Vol 9 no. 2) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Mary Ann dan John Boyd (1978) dalam TOSEL Newsletter dan dijelaskan dengan pengalaman lapangan oleh Carol Lamelin (1979) di majalah yang sama.
Teknik lewat media ini bertitik tolak dari suatu pendekatan yang mengutamakan kreativitas komunikasi yang sesungguhnya agar kelak siswa dapat dengan mudah dan tidak sungkan untuk berkomunikasi dengan bahasa asing.
Media potongan kertas strip story bisa dipakai untuk mata pelajaran imlak, muhadatsah, mahfudhah dan insya`. Oleh karena itu, secara detail perlu dikemukakan cara penggunaan dan pembuatan media potongan kertas strip story, sebagai berikut :
a. Sebelum masuk kelas
1. Guru memilih topik cerita dalam muhadatsah yang kira-kira dapat di bagi rata kalimat-kalimatnya kepada peserta didik.
2. Kalimat-kalimat tersebut ditulis atau diketik dengan jelas dengan mengosongkan ruang ekstra antara setiap kalimat dengan kalimat yang lain.
3. Lembaran kalimat tersebut dipotong-potong dengan gunting menjadi berkeping dengan satu kalimat buat satu kepingan/potongan. Kalau peserta didiknya banyak maka topik tersebut dapat ditulis berkali-kali pada lembaran yang lain kemudian siswa nantinya dibagi perfirqoh. Setiap firqoh mendapatkan potongan-potongan yang materinya atau topiknya sama dengan firqoh lainya.
b. Dalam kelas
1. Kepingan-kepingan kertas yang berisi kalimat-kalimat itu dibagikan secara random atau acak kepada peserta didik.
2. Guru meminta peserta didik menghafal luar kepala kalimatnya dalam sekejap, dalam waktu satu sampai dua menit. Peserta didik dilarang menulis apa-apa atau memperlihatkan kalimatnya pada orang lain.
3. Guru meminta peserta didik untuk menyimpan (membuang) kalimatnya, atau bisa juga kalimat-kalimat yang berada pada strip tersebut dikumpulkan kembali. Ini berarti bahwa setelah ini setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif agar dapat memproduksikan cerita yang lengkap.
4. Guru duduk dan tetap diam, kelas jadi tenang kira-kira 1-2 menit.
5. Guru meminta para peserta didik untuk berdiri dari kursi. Jika kelas besar atau murid banyak, mereka dibagi pergroup. Grup A, grup B dan seterusnya menyesuaikan dengan jumlah peserta didik. Setelah ini guru harus betul-betul tenang, diam mendengar dan melihat apa yang terjadi.
6. Peserta didik tampak sibuk berusaha menyusun cerita dengan beberapa variasi kejadian, yaitu:
a) Kadang-kadang pemimpin grup atau kelompok akan muncul dengan sendirinya, bertanya dan menyarankan sesuatu.
b) Terkadang pula para peserta didik mulai bicara sana sini dengan teman-temannya sampai seluruhnya kelihatan involved/tidak teratur.
c) Sampai satu waktu secara otomatis semua peserta didik yang ada di kelompok itu akan mendengar seluruh kalimat banyak sekali.
d) Setelah kalimat-kalimat itu terdengar beberapa kali, maka tibalah saat informasi, kalimat yang tak tersambung itu, tersambung menjadi kalimat yang rapi.
7. Setelah kalimat itu teratur rapi dalam bentuk sebuah cerita dan para peserta didik semua setuju, mereka lalu berdiam diri.
8. Setiap individu menyebut kalimatnya secara berurut sehingga berbentuk satu cerita yang teratur.
9. Kalau waktu masih memungkinkan, peserta didik bisa diminta untuk menulis susunan kalimat itu dalam buku mereka dan mereka saling mendekte kalimat mereka dengan kalimat temannya.
10. Setelah semua dilakukan oleh peserta didik, tibalah saatnya asli cerita tersebut dibagikan atau diperlihatkan kepada para peserta didik. Bila teks asli berbeda dengan versi susunan mereka, maka spotanitas mereka akan membicarakannya ramai-ramai dan isi cerita tersebut menjadi bahan perbincangan mereka secara alami.

E. PENUTUP
Demikian sekilas tentang penggunaan media Strip Story dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya pada materi muhadatsah dan insyaf, sebagai sebuah upaya untuk memajukan kualitas output pembelaran bahasa Arab di Indonesia terutama di madrasah.














السَّكَن
: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَحْمَد
: وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ حَسَّان
: أَيْنَ تَسْكُنُ ؟ أَحْمَد
: أَسْكُنُ فِيْ حَيِّ الْمَطَارِ حَسَّان
: وَأَيْنَ تَسْكُنُ أَنْتَ ؟ حَسَّان
: أَسْكُنُ فِيْ حَيِّ الْجَامِعَةِ أَحْمَد
: هَلْ تَسْكُنُ فِيْ بَيْتٍ ؟ حَسَّان
: نَعَمْ، أَسْكُنُ فِيْ بَيْتٍ أَحْمَد
: هَلْ تَسْكُنُ فِيْ بَيْتٍ ؟ أَحْمَد
: لاَ، أَسْكُنُ فِيْ شقَّةٍ حَسَّان
: مَا رَقْمُ شَقَّتِكَ ؟ أَحْمَد
: خَمْسَةُ. مَا رَقْمُ بَيْتِكَ ؟ حَسَّان
: تِسْعَةُ أَحْمَد

Tidak ada komentar: